Rabu, 17 November 2010

' Hidup adalah ujian '

'' Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',QS.2:45.

Sekelompok Malaikat ditugaskan mengangkat Arsy, ternyata mereka tak mampu melakukannya, sampai Allah mengajarkan kalimat : ALLOHU AKBAR..!!! Dan langit pun terangkat oleh para Malaikat…!!! Maka serulah ALLOHU AKBAR, agar kita kuat menanggung beban kehidupan…

Hidup adalah ujian ,,

Dan saya pun pernah merasakan, ketika menghadapi ujian itu… Kelelahan dan kelemahan, datang menyergap bersamaan! Seorang sahabat berkata, “Kamu merasa lelah dan lemah, karena kamu pernah merasa sanggup… untuk bersabar dan kuat! Nikmati prosesnya dengan keikhlasan, karena kekuatan itu pasti akan datang…”

Saya pernah bertanya, “Why me?” Sahabat saya pun mengatakan, “Allah… tidak mungkin salah memilih orang… siapa dan apa bentuk ujiannya… Pemberian Allah, ujian dan nikmatNya, tidak dapat diperdebatkan! Menjadi pilihanNya, adalah anugrah, syukurilah! Tidak semua orang seberuntung dirimu… Allah ingin mengangkat derajatmu, keimanan dan ketaqwaanmu…”

Saya bertanya, “Mengapa ujian kehidupan ini begitu sulit?” Sahabat saya berkata, “Don’t you realize? Fa inna ma’al usrii yusraa… Sesungguhnya, bersama kesulitan selalu ada kemudahan… Tidak mudah untuk dipahami, karena tidak ada yang bisa merasakan selain mereka yang diuji. Tapi yang diuji itu, sudah Allah pilih sesuai dengan kemampuannya dan yakinlah, ketika Allah memberikan ujian… pasti disertai dengan jalan keluarnya. Bersabarlah…”

Lagi, saya bertanya, “Sanggupkah saya?” Dan sahabat saya berkata, “Allah, memberikan… karena Allah lebih mengetahui kesanggupanmu. Ujian, adalah bentuk kasih sayangNya dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang dipilihNya. Karena Allah, ingin menguatkan kelemahan hamba yang disayangiNya… Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha, Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Sahabat saya menambahkan, “Hakikatnya hidup, adalah… berpasangan…! Sedih-senang, siang-malam, lapang-sempit dan sebagainya. Let me give you examples : ‘Kenyang itu hanya akan terasa jika seseorang telah merasakan lapar. Kebahagiaan hanya akan terasa ketika kesedihan berlalu. Kerinduan hanya akan terjadi jika kita pernah merasakan kebersamaan, yang memberikan ketenangan. Semua itu anugrah, ketika mendapatkannya, tapi tidak mudah mendapatkannya karena harus diiringi dengan ikhtiar dan doa. Inilah kaidah alam semesta, yang akan senantiasa menghiasi kehidupan manusia.’

Dalam sebuah hadits, dikatakan Allah menunda ijabah doa hambaNya, karena Allah senang mendengar sang hamba berdoa kepadaNya. Dan kadang, kita mendambakan ketenangan dengan sesuatu yang kita ‘inginkan’… Sehingga kita sering melupakan ketenangan, yang telah Allah ‘karuniakan’…

Sesaat kita mungkin akan merasakan ‘kegelisahan’, ketika merasa kehilangan apa yang kita ‘inginkan’... Padahal secara nyata… Allah telah memberikan ‘ketenangan’… hanya saja ‘keinginan’ kita yang sering menjadikan hijab untuk melihat dan merasakannya. Renungi, resapi dan pahami… Bukankah seharusnya jiwa ini selalu merasa bahagia, jika ia tahu bahwa Allah memilih dirinya. Beruntunglah mereka yang menangis, karena bersabar dengan ujian yang diberikanNya dan mengharapkan ketenangan jiwanya bersama Allah………”

ALLOHU AKBAR… tanpaMu… entah ada di mana aku sekarang…

ALLOHU AKBAR… untukMu… kan kutapaki kembali jalan kehidupan yang telah tertuliskan… namaku

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu berhadapan dengan dua

keadaan silih berganti. Suatu saat merasakan suka, saat lain merasakan duka.

Pada saat bahagia, terkadang manusia menjadi lupa. Sebaliknya, saat duka

mendera, seringkali manusia berkeluh kesah.

Bagi hamba Allah SWT yang beriman, hidup adalah ujian. Selama hidup, selama

itulah kita diuji Allah SWT. ''Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji

kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha

Pengampun.'' (QS Al-Mulk [67]: 2).

Minimal ada tujuh ujian hidup yang wajib kita ketahui. Insya Allah, Allah SWT

luruskan dari ujian-ujian-Nya, sehingga meraih gelar shobirin dan mujahidin.

''Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui

orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu, dan akan

Kami uji perihal kamu.'' (QS Muhammad [47]: 31).

Pertama, ujian berupa perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah

SWT menyembelih putra tercintanya bernama Ismail.

Kedua, ujian larangan Allah SWT, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh,merampok, mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezaliman.


155. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Ketiga, ujian berupa musibah. ''Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.'' (QS Al-Baqarah

[2]: 155).

Keempat, ujian nikmat, sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat

7. ''Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan

baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik

perbuatannya.''

Kelima, ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak

beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Allah SWT), munafiqun, jahilun

(bodoh), fasiqun (menentang syariat Allah), maupu hasidun (dengki, iri hati).

Keenam, ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa

menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah SWT.

Ketujuh, ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja,

termasuk sistem pemerintahan/negara.

Subhanallah, Allah SWT amat sayang kepada kita. Allah SWT tunjukkan cara

menjawab ujian itu semua. ''Dan minta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan

dengan shalat, dan sesungguhnya shalat sungguh berat, kecuali bagi orang-orang

yang khusuk tunduk jiwanya.'' (QS Al-Baqarah [2]: 45). Semoga kita dijadikan

Allah SWT, hamba-Nya yang lulus dari ujian. Amin ya mujibas sailin.

Saudaraku ,Sejatinya kehidupan ini adalah ujian alias cobaan, sehingga akan diketahui kelak siapa orang yang paling baik amal perbuatannya. (QS. Al-Mulk: 2) Dengan demikian, seluruh yang terkandung dalam hidup ini adalah ujian. Jadi, senang-sedih, bahagia-sakit, kenyang-lapar, haus-kembung, kaya-miskin, cantik-buruk dan lain sebagainya tidak lebih dari ujian. Dan sebagaimana ujian pada umumnya, hasil dari ujian ini adalah yang menentukan siapa yang lulus dan siapa yang gagal. Pertanyaannya adalah lulus dari mana? Standar kelulusnya apa?

Hidup adalah perjalanan pulang. Kembali ke asal. Ke sumber kehidupan. Kembali kepada kesempurnaan, ke yang Maha Sempurna. Sangat wajar jika manusia di dunia ini diibaratkan sebagai musafir, singgah sebentar kemudian berlalu kembali. Urep mung mampir ngumbeh, kata orang jawa. Hidup ini sekedar persinggahan untuk minum. Karena sekedar mampir minum, seyogyanyalah kita minum sekedarnya saja, sekedar cukup menghantarkan perjalanan kita untuk pulang. Kiranya tersedia di sana berbagai macam minuman, seperti air putih, susu, madu dan arak, hendaklah kita memilih yang menyehatkan dan membuat kita teetap berjalan tegak. Kita bebas memilih, namun setiap pilihan kita memberi konsekwensi tersendiri bagi kita. Masing-masing bertanggungjawab dan memikul sendri apa yang diakibatkan oleh pilihannya tersebut.

Kehidupan adalah ujian. Seorang anak Sekolah Dasar (SD) mendapatkan soal sesuai dengan kemampuannya. Begitu juga siswa Sekolah Menengah Pertama (SLTP) ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA) ataupun tingkat perguruan tinggi. Semua mendapat soal ujian sesuai tingkatatnnya. Tidak mungkin seorang anak SD mendapatkan soal ujian yang seharusnya untuk SMA, atau sebaliknya siswa SMA mendapatkan soal anak SD. Tuhan menguji umatnya sesuai dengan kadar kemampuan masig-masing. Semakin tingi tingkat kehidupan seseorang, maka semakin tinggi tanggungjwaab dia. Semakin tingi tanggung jawab, semakin tinggi ujian yang Tuhan berikan. Semakin tinggi suatu pohon tumbuh semakin kencang angin menerpanya. Kurang lebih seperti itu kata pepatah.

Orang akan diuji dengan apa yang mereka miliki. Ketika seseorang memiliki ilmu, maka dia akan diuji dengan ilmu tersebut. sejauh mana ilmu itu bermanfaat. Ketika seseorang mempunyai kedudukan di lingkungan sosial, dia akan diuji dengan sejauh mana kedudukannya itu mampu memberikan kesejahteraan bagi orang lain. Ketika seseorang mempunyai harta maka dia kan diuji, sejauh mana dia mendistribusikan hartanya kepada orang lain? Sejauh mana harta tersebut bisa mensejahterakan diri, keluarga, orang-orang yang membutuhkan. Begitu juga sebaliknya ketika seseorang tidak mempunyai kekayaan dan hidup dalam kekurangan, kehidupan seperti ini juga adalah ujian, sejauh mana dia berusaha mencara rizki Tuhan, sejauh mana dia berusaha dan berjuang merubah nasib, secara personal maupun sosial, dan sejauh mana dia mampu menerima keadaan itu dengan tawakal.

Manusia akan diuji dengan apa yang dimilki, termasuk juga dengan perkataannya. Diam (tidak berkata-kata) adalah hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya. Begitu kata Nabi Muhammad SAW. Banyak orang yang lebih suka berkata-kata ketimbang diam. Selain apa yang seseorang perbuat, apa yang ia katakan juga merupakan ujian baginya. Tanggung jawab orang yang berilmu adalah adalah menyampaikan ilmunya. Dan tanggungjawab umat manusia semua adalah untuk saling menasihati dalam hal kebenaran dan kesabaran (Al-‘Ashr: 3).
Orang yang menasihati orang lain, maka sebenarnya nasihat itu akan kembali kepada dia. Ketika seseorang menasihati orang lain untuk berbuat baik, maka setelah itu dia kan mendapat ujian bagaimana dia harus berbuat baik. Ketika seseorang menasihati orang lain, jangan marah!, maka setelah itu Allah akan memberikan satu kejadian yang akan menguji dia apakah dia akan marah atau tidak dalam mengahadapi hal tersebut. bisa jadi setelah seseorang menasihati orang lain untuk berderma, kemudian Allah mengirim peminta-minta kepada dia untuk menguji kedermawanannya. Yah demikianlah Allah mendidik dan menguji hamba-Nya, supaya hamba-Nya lulus mendapat derajat khalilullah, sahabat Allah, derajat orang-orang takwa yang lulus dengan predikat sangat memuaskan. .

Konon kabarnya, menurut para ahli, mutiara yang mahal itu berasal dari masuknya sebutir pasir kedalam tiram yang terbuka. Pasir yang masuk ini ternyata menimbulkan sakit yang luar biasa sehingga untuk menahan rasa sakit tersebut, sang tiram membungkus pasir itu dengan “air liurnya” terus menerus selama bertahun-tahun. Sebutir pasir yang terus menerus dibungkus dengan “air liurnya” tiram tersebut, secara tidak sadar telah menghadirkan mutiara yang indah dan mahal harganya.

Terkadang hidup ini perlu merasakan rasa sakit dan ujian bahkan jatuh hingga titik nol untuk menemukan esensi nilai hidup itu sendiri. Billi P.S. Lim dalam bukunya ‘Dare to fail’ mengatakan bahwa banyak orang menerjemahkan hidup ini dan penderitaan sebagai satu bagian dari kegagalan hidup. Itulah sebabnya ia mengatakan ‘No failure, only success delayed’ (Tidak ada kegagalan, melainkan hanya sukses yang tertunda).

Socrates pernah berkata bahwa hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi (unexamined life is not worth living). Hanya ada satu tempat didunia ini dimana manusia terbebas dari segala ujian hidup, yakni kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia tersebut masih hidup adalah ketika dia mengalami ujian, kegagalan dan penderitaan. Lebih baik kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita gagal.

Seorang profesor pernah mengatakan bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan, karena perak berberat jenis cukup besar, maka ketika dipanaskan dia akan turun dan kotorannya akan naik. Saat itulah kotoran2 yang sudah naik tersebut disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk tahap kedua kalinya lalu disaring kembali. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni, tinggal menyisihkan kotoran2 yang halusnya saja.

Alhasil, setelah melalui berkali-kali proses pembersihan, perak itu begitu cemerlang bagaikan cermin. Padahal, ketika masih kotor, betapa sulitnya untuk bercermin pada perak tersebut. Namun setelah tujuh kali dipanaskan,orang baru dapat melihat wajahnya sendiri pada perak tersebut. Dari sini kita dapat ambil hikmah, bahwa ketika ‘kotoran hidup’ (karakter, watak dan kebiasaan negatif sulit lekang sekalipun sudah berkali-kali berusaha untuk meninggalkannya), maka kita tampaknya perlu masuk dapur api pengujian hidup agar dapat menemukan kembali makna hidup itu sendiri.


“Sesungguhya bersama kesulitan tersimpan kemudahan. Dan sungguh bersama kesulitan itu kemudahan.” (Al-lnsyirah: 5-6)

Mestinya tidak ada lagi tersisa kata untuk menyerah dalam hidup. Sebab, janji Allah adalah suatu hal yang pasti. Jelas, bahwa bersama kesulitan tersimpan kemudahan. Dan tidak ada satupun manusia yang hidup di dunia ini kecuali ia akan mengenyam kesulitan beberapa saat. Namun, bukankah tidak selamanya siang itu ada atau malam itu bertahta. Namun, siang akan berganti malam dan malam pun akan disambut oleh siang.

Jadi, jalanilah hidup ini sesuai dengan sunnatullah dari Yang Maha mencipta alam ini dan seisinya. Merupakan sunnatullah juga, bahwa manusia hendaknya memulai kesuksesannya dari hal yang kecil. Mereka harus meniti anak-anak tangga untuk menuju kesuksesan. Jika ia terjatuh pada satu anak tangga, maka sadarlah bahwa sesungguhnya ia sedang menyambut kemenangan dan kelapangan.

Maka, bukalah pintu-pintu kemenangan dan kelapangan tersebut dengan kunci-kunci yang tepat, agar engkau termasuk orang-orang yang beruntung.

“Dan ketahuilah sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesulitan, dan sungguh bersama kesulitan itu bersama kemudahan.” (Al-Arba’un an-NawawTyyah, no. 19).

Kritik dan saran sangat berguna untuk saya …

.

40. Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

41. Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".QS.14:40-41.

Wallahu a’lam bi shawabih 10 -11-2010


Oleh: Hadi khairil Azzam

Email> hnrok@rocketmail.com

2 komentar:

  1. 'semoga tulisan ini bermanfaat untuk saudaraku dan saya sebagai penulis khusus nya sebagai manusia yang banyak kesalahan dan dosa.
    'semoga Allah selalu bersama kita dalam menjalani ujian dan cobaan di dunia ini. Amiin

    BalasHapus
  2. بسم الله الرحمن الرحيم
    مـُحـَمـَّد هـَدِﻱالـثـَّوْرِِﻱ >> Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? QS.6:32

    [468]. Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.

    BalasHapus